17 August 2007

BERANTEM (2)

cerita sebelumnya : Rani menemukan 18 missed call dan 4 sms di handphonenya. Dan semuanya dari Nisa.

“Ran.. barusan aku dengar Dani bicara dengan seseorang lewat telfon. Aneh kan ngapain tengah malam gini ada telfon. Mungkin gak ya Ran dia punya perempuan lain. Apa dia gak suka aku lagi setelah aku melahirkan?”
01/07/2007 00:35 nicha imoets

“Dani pergi Ran, buru-buru, waktu aku tanya mau kemana dia bilang ada urusan.. urusan apa coba Ran tengah malam gini?”
01/07/2007 01:07 nicha imoets

“Aku sudah coba telfon Dani berkali-kali, tapi gak diangkat Ran.. kenapa dia tega banget sama aku… padahal anak kita masih bayi”
01/07/2007 02:47 nicha imoets

“Sudah azan Subuh tapi Dani belum juga pulang.. aku harus gimana Ran?”
01/07/2007 05:01 nicha imoets


“Whatt? Dani pergi dari rumah tadi malam dan sampai subuh gini belum pulang. Apa-apaan ini” Aku benar-benar tak habis pikir. Dengan semangat 45 aku ceritakan masalah Nisa ke Bayu. Tapi tanggapannya dingin-dingin saja “Yah mungkin memang lagi ada urusan kali Ran”
“Huuhh dasar laki-laki membela sesama kaumnya…” Jawabku judes
“Lho..lho kok kamu jadi ikutan marah sih” Goda Bayu sambil memakan roti bakar yang jadi menu sarapan kami pagi ini.
“Tapi emang gitu kan, kamu coba donk mas ngerti perasaan Nisa, dia kan baru melahirkan, butuh perhatian, lagian ini kan hari minggu mas… emang ada urusan apa sih?”
“Ya terus gimana donk Ran… kamu mau nyuruh aku nyari-nyari Dani pergi kemana?” Tanya Bayu dengan suara menggoda saya
“Ya nggak gitu juga sih… tapi gimana kek?”
“Yah gimana donk?”
“Iya..ya mas… emang kita bisa ngapain. Aku juga bingung” Tiba-tiba aku jadi ikut merasa putus asa. Duh apalagi Nisa yang ngalami ini ya..
“Ya sudah kamu telfon aja Nisa dulu, tenang-tenangin… Dia kan masih ngasi ASI bayinya, kalau stress malah nggak keluar lagi” Tiba-tiba aku merasa begitu bersyukur punya suami Bayu.

Tapi rasa syukur ini kembali berubah jadi kepanikan yang sukar dikendalikan saat kudengar suara Nisa ditelfon yang tidak jelas terdengar karena diselingi suara tangisnya.
“Pokoknya kalau dia ketauan punya perempuan lain, aku mau minta cerai” sayup kudengar kata-kata Nisa
“Sa…Istigfar, loe kan belum tau gimana duduk permasalahannya. Tenang aja dulu sa… Lagian kita kan belum dengar penjelasan Dani”
“Duh apalagi sih Ran yang perlu dijelaskan, semua sudah jelas. Nggak mungkin kalau bukan karena perempuan lain dia jadi aneh gini”
“Iya…iya kamu jangan emosi donk sa, kasian kan bayinya, nanti air susunya nggak keluar lho kalau stres-stres”
“Terus aku harus gimana donk Ran”
“Hmmm gimana ya… aku juga bingung”
“…..” Nisa masih terus terdengar menangis di ujung pesawat telfon
“Ya sudah kita tunggu aja sampai Dani pulang untuk dengar penjelasannya” Kataku tiba-tiba sok bijak.
“Itu juga kalau dia pulang… kalau dia nggak pulang?” Wah aku sama sekali gak memikirkan kemungkinan Dani akan tidak pulang.
“Yah kita lapor polisi aja sa. Bilang ada orang hilang… gampang kan”
“Iya ya Ran…”
“Ya sudah sekarang kamu istirahat aja dulu ya. Kalau ada apa-apa kabari aku ya Sa”
“Makasih ya Ran”
Lalu sambungan telfon pun terputus.
Maka hari minggu itu pun menjadi hari terpanjang dalam hidupku. Rasanya jam dinding bergerak lambat sekali. Biasanya aku mengisi hari minggu dengan membaca Novel ataupun menonton DVD bersama Bayu, tapi rasanya aku tak sanggup melakukan apapun hari ini. Seluruh pikiranku tersita memikirkan Nisa, membayangkan bagaimana nasibnya kalau dia berpisah dengan Dani.

Selesai makan siang sms ku berbunyi, seperti yang kuduga kabar dari Nisa.

“Kata Mbok Sum, waktu aku tidur tadi Dani telfon ke rumah. Di HP ku juga ada beberapa missed call Ran.. tapi bukan dari nomer HP Dani. Pasti dia telfon dari rumah Perempuan itu”
01/07/2007 12:41 nicha imoets


Segera kubalas sms Nisa

“Mungkin HPnya low bath sa, jadi Dani pake telfon umum. Udah loe tenang aja… dia ninggal pesan gak?”
SENT 01/07/2007 12:43

“Wah aku lupa nanya Mbok Sum.. Ntar gw kabari lagi Ran”
01/07/2007 12:44 nicha imoets

“OK. Gw tunggu kabarnya”
SENT 01/07/2007 12.45

Lima belas menit berlalu, Nisa masih juga belum memberikan kabar. Aku jadi semakin penasaran. Kulihat Bayu suamiku sudah mulai pasang posisi tidur siang. Hm… sepertinya enak juga, tapi kalau aku ketiduran aku bisa kelewatan kabar dari Nisa. Untunglah HPku kemudian berbunyi, sms dari Nisa.

“Gak nitip pesan apa-apa tuh Ran. Aneh kan? Eh tapi itu kayanya suara mobil Dani. Wah gue harus gimana nih Ran… Pokoknya kalau dia ketahuan maen perempuan. Gue mau minta cerai”
01/07/2007 01:06 nicha imoets


“Apa?? “ Sumpah mati aku kaget membaca sms Nisa yang terakhir. Nisa mau cerai sama Dani. Ya ampun gimana nasib bayi mereka nantinya. Walaupun aku dan Bayu belum dikaruniai bayi, menurutku sangat tidak bijaksana memutuskan bercerai saat sudah memiliki bayi. Eh bukan berarti kalau belum punya bayi boleh gampang-gampang minta cerai lho… duh aku kok jadi bingung sendiri. Kucoba berulang kali menelfon nomer HP Nisa namun tidak ada jawaban. Kucoba nomer telfon rumahnya, diangkat oleh Mbok Sum.
“Non… Non kesini aja ya. Ibu sama Bapak berantem Non… ini Si Adek lagi nangis, lagi bibik coba diemin Non” Kata perempuan tua itu panik diantara suara tangis Zidane, anak Nisa dan Dani.
“Ya sudah Mbok Sum saya segera kesana”

Aku bangunkan Bayu dengan paksa. Bukannya aku nggak bisa kesana sendiri, tapi rasanya aku butuh teman untuk menghadapi pertengkaran Nisa dan Dani. Sambil ngomel-ngomel karena dibangunkan dari tidur siangnya, Bayu segera bergegas mencari kunci mobil.
“Duh yang bener aja donk Ran… Bogor kan jauh, males tau”
“Sentul mas… gak sampai Bogor”
“Aduh itu juga udah deket banget kali sama Bogor, mending juga tidur siang”
Aku diam saja tak menanggapi. Aku benar-benar bingung, harus bagaimana menghadapi ini. Duh bagaimana kalau mereka sampai bercerai.
“Ran..Ran… bengong aja nih” Goda Bayu sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.
“Udah deh mas… yang penting nyetir aja yang kenceng biar cepet sampai”
“Idih judes banget sih?”
“Ini tuh gawat darurat banget mas.. Nisa sama Dani mau cerai, mask ok masih bisa-bisanya sih bercanda?”
“Waw harus dibawa ke Rumah Sakit donk, Gawat Darurat”
“Gak lucu tau mas…”
“Ih serius banget sih tante…” Goda Bayu sambil mencolek pipiku. Menyebalkan. Gak tau kalau istrinya lagi panik. Sisa perjalanan sampai tiba di rumah Nisa aku masih meneruskan aksi mogok bicara. Kubiarkan bayu bernyanyi-nyanyi mengikuti suara Pasha-Ungu, yah walaupun suara Bayu enggaaak banget deh dibandingkan Pasha.

Akhirnya sampai juga di depan pintu rumah Nisa. Pintu rumahnya terbuka. Buru-buru kutarik lengan Bayu agar bisa segera masuk menemui si empunya rumah. Deng…Deng… Kutemukan pemandangan menakjubkan di kamar tamu rumah itu. Nisa yang kabarnya sudah bertekad bulat ingin bercerai dengan Dani, kulihat sedang bergelayut manja di lengan suaminya. Duh apa-apaan ini… setelah semalaman berhasil membuatku panik memikirkan nasib rumah tangga mereka (yang kubayangkan sudah di ambang kehancuran) eh ternyata malah disuguhi pemandangan ala Film India.

“Rani… Wah sudah lama datang?” Tanya Nisa seakan tidak terjadi sesuatu
“Lama… sampe eneg gue ngeliat lu mesra-mesraan ama Dani” Bisikku cukup keras, yang pasti di dengar oleh Bayu, kulihat dari sudut mataku dia tampak mati-matian berusaha menahan tawanya.
“Lho kok ngambek gitu sih… Eh Bay ngobrol-ngobrol sama Dani dulu ya. Mau nyelesein urusan perempuan dulu nih. Sayang… ini ada Bayu datang” Huuuuh gak inget apa ya gimana isi sms nya, sekarang aja udah sayang-sayangan lagi. Kuikuti Nisa menuju ruang tengah, disanalah dia bercerita panjang lebar tentang kemana Dani semalam. Ternyata Dalam dua bulan terakhir ini, sudah beberapa kali gudang pabrik milik Dani dibobol pencuri, dan tadi malam si pencuri itu berhasil tertangkap. Ternyata pencurinya adalah mantan sekuriti yang dipecat dari perusahaan. Setelah diinterogasi habis-habisan oleh Team keamanan pabrik (untuk berjaga-jaga siapa tau masih ada komplotan yangbelum tertangkap), pagi tadi pencuri-pencuri yang tertangkap itu pun segera dibawa ke kantor polisi. Dan tau sendiri kan urusan sama kantor polisi, rumit, ribet dan lama. Apesnya lagi di saat yang sama, handphone Dani mati karena kehabisan baterai.

Walaupun dalam hati rasanya dongkol sekali, tapi aku bersyukur tidak ada hal buruk yang terjadi pada rumah tangga sahabatku itu.
“Ya sudah sa… awas lu ya bikin gue panik lagi” kataku pura-pura ngambek
“Iya Rani sayang… maafin aku ya. Aku kan belum sepengalaman kamu dalam hal kaya gini”
Akhirnya ku ajak Bayu suamiku untuk pulang. Dan bisa ditebak donk… sepanjang jalan Bayu tak henti-hentinya menggodaku.
“Awas…awas… gawat darurat” Godanya dengan senyum penuh kemenangan.
yah kalau diingat-ingat lagi, apa yang kulakukan tadi rasanya memang konyol sekali.
“Masss… udah deh, iya aku yang salah sudah terlalu berlebihan”
“Hehehe… seneng aja rasanya ngegodain kamu Ran” Tatap Mas Bayu lembut
“Nanti malam kita dinner di Moon Café yuk Mas”
“Wah ada yang ngajak gencatan senjata nih”
Aku hanya tersenyum menanggapi.
“Tuh sudah sampai rumah”
“Biar aku bukain pintu pagar dulu mas” Aku pun bergegas turun dari mobil Bayu. Belum sampai pintu pagar handphone ku berbunyi nyaring tanda satu sms telah diterima. Sms dari Nisa

“Dani memang menyebalkan. Bukannya kangen-kangenan sama aku dan Zidane, sekarang dia malah sudah tidur. Mana ngorok keras banget lagi Ran… kebayangkan suaranya ganggu banget. Kalau kaya gini semalaman, mana aku bisa istirahat”
01/07/2007 18:56 nicha imoets


Kuhapus cepat sms itu tanpa kubalas. (kie)

1 comment:

Unknown said...

huahahahaha...aku ngakak baca cerpenmu yang ini Ki..
asli...