28 August 2007

LUPA (2)

Cerita sebelumnya : Mas Angga suamiku yang pelupa kehilangan dompetnya

Hah… daripada makin kesal, kuajak Todi ke ruang TV, kuputarkan DVD Brainy Baby kesukaannya. DVD ini sangat cocok sekali untuk anak yang sedang berkembang seperti Todi, mengajarkan hal-hal sederhana seperti mengancing baju, bersalaman, menggunakan sendok, membuat Todi berkembang cukup pesat dibanding dengan anak seusianya. Nah kalau Todi anteng*, aku jadi bisa membantu Mas Angga mencari dompetnya.

"Gimana Pa… sudah ketemu belum?"
"Wah kayanya kok nggak ada ya.." Suara Mas Angga kali ini terdengar putus asa. Aku jadi tak tega mendengarnya. Apalagi setelah kulihat barang-barang di mobil kami tertata dengan tidak karuan.
"Ya sudah sini biar mama bantu nyari" Maka mulailah ku keluarkan barang-barang yang tak perlu dari mobil. Ada Majalah, sepatu, mainan Todi, jaket Todi, bungkus makanan… aduh ini kan bikin mobil kotor, juga ada kaset-kaset. Tapi ternyata percuma… dompet yang dicari tetap tidak ada.
"Pa.. apa mungkin dicopet orang?" Entah bagaimana tiba-tiba aku mengucapkan pertanyaan itu begitu saja.
"Hm… masa si? Kayanya tadi nggak ada orang yang mencurigakan deh Ma"
"Ya syukur deh kalau gitu"
"Tapi kalau jatuh sih mungkin aja ma.." Grhhhh… suamiku ini memang suka membuatku gemassss.
"Kalau jatuh kemungkinannya dimana Pa?" Tanyaku sambil berusaha sabar.
"Mungkin di Toko DVD"
"Apa nggak sebaiknya kita telfon atau datang kesana lagi…" Usulku
"Kalau jatuh dari tadi apa sekarang nggak sudah hilang?" Hmm… betul juga apa yang dikatakan suamiku.
"Tapi apa nggak kita coba dulu mas.."
"Hheeh… atau kita ikhlaskan aja ya Ma, mungkin sudah waktunya hilang" Mas Angga terlihat begitu pasrah sambil duduk di lantai garasi kami.
"Isinya apa aja pa.." Tanyaku pelan, berusaha untuk tidak membuat suamiku semakin sedih.
"Ada foto box kita bertiga Ma.. wah kan gak ada klisenya" Jawab Mas Angga. (Satu jawaban lagi yang membuatku gemas) Aduh…suamiku ini, yang dipikirkan kok malah foto box. Tapi kalau diingat lagi… memang sayang juga sih, itu kan foto box pertama kita bertiga dengan Todi.
"Trus uangnya banyak gak Pa…"
"Paling cuma empat puluh ribuan, kata Mama kan kalau bawa duit banyak jangan ditaruh dompet semua". Benar juga sih, aku memang selalu cerewet pesan ini dan itu, tujuannya ya supaya kalau dompet hilang nggak sampai harus kehabisan uang. Syukurlah Mas Angga ingat.
"Tapi kartu ATM buat ambil gaji ada di situ Ma.."
"Oh kalau itu sih gak masalah… langsung telfon ke Layanan 24 jamnya aja, minta di blokir, trus kita ke kantor polisi bikin surat keterangan hilang, habis itu bawa ke Bank nya, ntar juga langsung dibuatin yang baru" Kalau urusan ini sih aku sangat fasih. Aku kan Customer Service Officer salah satu Bank Swasta Nasional. Aku sudah sangat terbiasa menangani nasabah yang mengalami masalah seperti ini.
"Aduh… ribet banget deh, nanti Papa minta diurusin orang kantor aja lah" Tuh kan manjanya keluar lagi deh. Padahal apa sih repotnya cuma blokir via telfon dan ke kantor polisi aja.
"Ya sudah terserah papa aja…"
"Aduh Ma… KTP sama SIM Papa juga ada di dompet itu" Kini suara Mas Angga terdengar lebih panik.
"Ya sama aja Mas… kalau mau ngurus itu tetap harus minta surat keterangan dari polisi"
"Nggak seribet itu kali Ma… Papa mau ke Pak RT aja, Pak Sanusi kan orangnya baik banget, pasti bisa Bantu… hari gini asal ada uang apa sih yang nggak bisa". Tuh… Mas Angga, sukanya menggampangkan semua masalah. Untuk yang satu ini aku sudah menyerah… Mungkin kali ini lebih baik kubiarkan saja suamiku melakukan apa yang menurutnya paling tepat.
"Yah terserah Mas ajalah.."
"Ya sudah kalau gitu sekarang aku ke rumah Pak Sanusi dulu ya.."
"Ya sudah hati-hati ya Pa…" Kulepas kepergian suamiku dengan doa. Semoga apa yang menjadi usahanya diberi kemudahan oleh Allah SWT.

Aku segera bergegas ke ruang TV, kulihat Todi sedang asyik sekali melihat DVD kesayangannya. Tangan dan ekspresi wajahnya bergerak lucu mengikuti gambar seorang anak yang sedang bermain ci luk ba. Sambil menunggu Mas Angga, aku pun mulai merapikan rumah. Maklumlah… punya anak sebesar Todi, sama artinya sangat susah menjaga rumah tetap bersih dan rapi.

Eh apa ini… saat aku berusaha mengembalikan posisi sofa tempat kami biasa menonton TV, terasa ada yang mengganjal. Dengan takut-takut kucoba mengintip ke bawah kolong sofa. Astagfirullah.. eh Alhamdulillah, ini kan dompet Mas Angga. Segera kuambil benda penting yang sudah merepotkan kami dari tadi.
"Simpen..mpen.." Tiba-tiba Todi berusaha mengambil dompet yang kupegang.
"Loh… ini dompet Papa sayang, mau dibuat apa"
"Simpen.. ma.. sim..mpen" Lalu buah hatiku ini meletakkan kembali dompet papanya di bawah sofa. Oh mengertilah kini aku, pasti Todi sering mendengarku meminta Mas Angga untuk selalu menyimpan barangnya agar tidak lupa. Dan Oleh Todi diartikan menyimpannya di bawah sofa. Ternyata anak sekecil ini memperhatikan, dan sedang berusaha menyimpankan dompet Papanya. Walaupun akhirnya justru berbuntut panjang seperti ini.

Aku jadi tidak bisa menahan senyumku. Kupeluk Todi sayang.
"Todi… dompet papa tidak boleh disimpan di bawah kursi ya, nanti Papa carinya susah. Dompet ini ditaruh di laci.." Segera kusimpan dompet suamiku di laci agar tak hilang lagi. "Nah sekarang kita telfon Papa yuk.. supaya pulang, karena dompetnya sudah ketemu". Segera aku menuju telfon rumah dan memutar nomor telfon Mas Angga, yang sudah kuhafal diluar kepala. Sayup…sayup terdengar lagu Pintu Sorga nya Gigi. Yah lagi-lagi Mas Angga lupa membawa Handphone nya. Ya.. sudahlah nanti juga kembali. Tapi tak berapa lama menunggu, kudengar suara Mas Angga dari arah kamar kami.
"Ma liat kacamata Papa nggak ya... Papa lupa naruh dimana".
Ya ampun ternyata dari tadi Mas Angga belum berangkat-berangkat karena mencari kacamatanya. Oh suamiku tercinta… (kie)

Ket :
Primpen : bahasa jawa yang artinya orang yang hidupnya teratur dan rapi.
Melas : bahasa jawa yang berarti ekspresi wajah kasihan, putus asa.
Anteng : bahasa jawa yang berarti duduk diam dengan tenang

No comments: