21 August 2007

SELINGKUH

Kuambil lagi sobekan artikel majalah itu dari laci meja riasku. TANDA-TANDA PRIA SELINGKUH. Terlihat lebih rapi dan wangi dari biasanya. Hm.. dalam dua minggu terakhir ini Mas Bimo sudah membeli 3 stel pakaian baru ditambah 2 buah polo shirt, yang semuanya dipilih sendiri, bahkan saat membelinya pun tanpa mengajakku. Padahal sejak kami pacaran dulu, urusan pilih-pilih pakaiannya selalu menjadi bagianku, itu pun paling cepat 3 bulan sekali untuk satu stel pakaian kerja. Dan gak hanya itu, dua hari yang lalu aku melihat Mas Bimo mengacak-acak lemari hanya untuk mencari celana dalamnya yang baru kubelikan, please deh... toh yang lama-lama juga masih bagus, kenapa juga harus ngotot cari yang baru, memangnya mau dilihat siapa sih.

Sering pulang lebih malam dengan alasan pekerjaan atau meeting dengan klien. Oh... tanda yang nomor dua ini sangat jelas sekali. Sudah hampir satu bulan terakhir ini Mas Bimo selalu pulang hampir jam 11 malam. Padahal dulu paling malam hanya jam 9, itu pun sudah di dului dengan pemberitahuan. Tapi sekarang, jangankan telfon, sms ku saja jarang sekali di balasnya. Dan ini sama persis dengan tanda yang nomor tiga. Pasangan jadi sulit dihubungi dengan alasan-alasan klise : lupa, baterai habis ataupun tidak sempat membalas karena sangat sibuk.

Tapi tanda di nomor empat ini yang semakin menguatkan dugaanku kalau Mas Bimo, suamiku sedang selingkuh dengan perempuan lain. Pasangan menjadi lebih romantis dan suka memberi banyak hadiah (tentu maksudnya untuk bisa menebus kesalahannya pada kita). Walaupun aku sangat suka Mas Bimo akhir-akhir ini jadi bersikap lebih romantis dan penuh perhatian terhadapku, tapi sungguh diluar kebiasaannya mengirimkan buket bunga yang indah untuk sekedar bilang I love You. Dan Gelang emas bertaburkan berlian ini benar-benar bukan Mas Bimo banget. Selama dua belas tahun aku mengenalnya, bisa dibilang baru ini perhiasan pertama yang dipilihkan Mas Bimo untukku. Biasanya dia akan selalu mengucapkan kata yang sama saat kuminta menemani membeli perhiasan “Udahlah Ma.. pergi sendiri aja ya. Pilih yang Mama suka nanti bayarnya pakai ATM aja, duitnya sudah papa transfer ko”. Malam ini juga aku harus bicara dengan Mas Bimo.

“Mama lagi ngapain sih?, serius banget kelihatannya” Tiba-tiba saja suara Tia gadis kecil kami membuatku terkejut.
“Eh kamu belum tidur Sayang?”
“Belum ma… tadi habis ngerjain PR”
“Ya sudah, kalau gitu sekarang tidur ya…”
“OK Bos!! Tapi mama kenapa sih wajahnya sedih gitu… kangen papa yaaa?”
“Uhh… kamu ini bisa aja” kucubit dengan gemas hidungnya yang mungil
“Papa kok sekarang pulangnya sering malem ya ma?” aku sungguh terkejut Tia mengucapkan hal yang dari tadi terus menjadi pikiranku
“Papa kan banyak kerjaan sayang, jadi pulangnya terpaksa harus malem”
“Tapi mama ngerasa gak sih kalau sekarang Papa makin genit?”
“Maksudnya?” Tanyaku sambil berusaha menyembunyikan rasa terkejutku karena pernyataan Tia barusan.
“Itu lho Ma… Papa kan sekarang wangi banget gitu kalau mau ke kantor, udah gitu masa kemaren pake baju pink. Ih norak banget deh cowo pake baju pink” Oh ternyata Tia pun merasakan perubahan yang terjadi pada Papanya
“Aduh.. aduh.. anak Mama, baru kelas 4 SD udah gaya banget ya ngatain Papa nya genit, udah sekarang cepet bobo ya… besok pagi Mama yang anterin kamu ke sekolah”
“Iya deh.. Met bobo ya Ma” Kemudian setelah mencium kedua pipiku, gadis kecilku itu pun berlalu menuju kamarnya.
Kutarik nafas panjang dengan perasaan yang sangat lelah. Oh Tuhan… apakah semua kecurigaanku ini beralasan?

Sayup-sayup kudengar suara mobil Mas Bimo memasuki garasi. Jam 22.35
“Kok baru pulang Mas?” Tanyaku tanpa ekspresi
“Sayang… kamu kan tau aku baru di promosi u pegang kantor wilayah Indonesia Barat, jadi yah hampir setiap hari aku harus keliling ke beberapa kantor cabang”
“Bener?... bukan karena habis ketemuan sama seseorang… mungkin perempuan mana gitu” Sekarang aku sudah tak taham lagi untuk tidak mulai menuduh suamiku
“Ya sudah pasti donk Ma, masa papa keliling cabang gak ketemu siapa-siapa” Mas Bimo melirikku sambil tersenyum “Tapi ya tentu saja ketemuannya untuk urusan bisnis, lagian kok tumben sih mama jadi cemburu gini”
“Habis Papa juga sih… belakangan ini jadi aneh”
“Aneh gimana maksudnya?”
“Belakangan ini Papa jadi lebih dandan, lebih wangi, suka beli baju baru…”
“Hahaha… kok gitu aja aneh sih Ma, bukannya Mama juga tiap hari dandan, selalu wangi trus juga sering beli baju baru..” Jawab Mas Bimo sambil memelukku sayang
“Trus kenapa minggu lalu Papa kirim bunga segala buat Mama?”
“Oke…oke.. Papa ngaku. Kalau tentang bunga itu sebenarnya karena Kris seketaris Papa kelebihan pesan bunga yang harusnya dikirim untuk relasi. Karrena terlanjur sudah dibayar.. jadi ya Papa minta saja untuk dikirim buat Mama. Mama gak suka ya?” Oh mata itu.. begitu tenang meneduhkan, selalu berhasil membuatku merasa jatuh cinta. Rasanya memang gak mungkin Mas Bimo selingkuh, pasti aku saja yang terlalu berlebihan hanya karena artikel di majalah itu.
“Ko jadi diam sih ma… pasti mama kebanyakan lihat sinetron nih, kok jadi cemburu-cemburu segala gini”
“Trus kenapa Papa ngebeliin Mama gelang segala?”
“Duh… masa gak boleh sih mbeliin untuk istrinya sendiri? Mama lihat deh Papa” kutatap wajah Mas Bimo takut-takut “Sudah hampir sepuluh tahun ini Mama setia mendampingi Papa, apa salah kalau Papa sekali-sekali pengen ngasih Mama hadiah. Kalau ditanya kenapa gelang? Yah.. karena Papa kira Mama pasti suka dibelikan perhiasan, waktu beli Papa juga bingung lho Ma… nggak nyangka ada begitu banyak model, karena bingung yah Papa pilih aja yang paling mahal. Bagus kan?” Seketika itu juga tangisku pecah, kupeluk Mas Bimo erat-erat.
“Maafin Nisa ya Mas… Nisa cemburu, Nisa curiga Mas selingkuh sama perempuan lain setelah baca artikel ini” kutunjukkansobekan artikel yang sudah mulai kumal itu kepada suamiku. Sambil bingung tak mengerti, Mas Bimo pun mulai membacanya dan kemudian tertawa.
“Oalah Nisa… kamu ini ko ya ada-ada aja. Sudah ah… kita lanjutkan peluk-pelukannya di tempat tidur aja yuk” Kerlingnya nakal yang kusambut dengan cubitan mesra.

***

Keesokkan harinya di sebuah coffeShop di Hotel berbintang lima di Pusat Kota.
“Kita harus segera mengakhiri hubungan ini Al”
“Maksudmu?”
“Aku sudah tidak bisa lagi meneruskan hubungan kita. Kemarin malam istriku sudah curiga”
“Hh… teganya kamu bilang begitu”
“Maafkan aku Al”
“Sepuluh tahun yang lalu kamu juga mengatakan hal yang sama, aku sudah maafkan. OK lah kalau waktu itu kamu ingin membahagiakan orangtua mu. Tapi sekarang… mereka sudah mati, kapan giliran kita untuk bahagia. Kamu tidak pernah mencintai istrimu kan… Cuma aku yang bisa membahagiakanmu Bim.. kamu pasti tau itu”
“Cukup Aldo… aku sudah gak mau dengar itu lagi”
“Baik kalau itu memang keputusanmu. Baik. Tapi jangan coba-coba untuk mencari aku lagi. Kamu laki-laki Brengsek!” Kemudian dengan wajah merah padam laki-laki bertubuh langsing itu meninggalkan Bimo yang sedang tertunduk lesu di sudut cafĂ©.
“Aku mencintaimu Aldo… maafkan aku” Bisiknya lirih (kie)

2 comments:

Unknown said...

tak kiro selingkuh karo wedok, tibak'e gay......wis..wis ceritamu mu asyik tapi nyegek'i Ki....
cegek bolak-balik hehehehe

Riski Hapsari said...

Hiahaha... hari gini jenis kelamin kan gak begitu penting mas, yang penting kasih sayang... auwww... hehehe