11 September 2007

SAAT UNTUK BERUBAH

Huaa... akhirnya serial pertama Marisha Si Mama Gaul ini sampe juga di episode ke lima (buat yang belum baca... sebaiknya sih baca empat cerita sebelumnya biar gak bingung)... Selamat membaca ya...


Suara tangis Nara yang terbangun dari tidurnya, tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan. Menyelamatkanku dari suasana tak enak dengan Diandra.
“Eh Nara bangun nih Di…”
“Gue mau donk liat anak lu… masa selama ini cuma lewat MMS doank”
“Tapi jangan dicubit-cubit ya..” Pesanku sok galak.
“Siap gue laksanakan!” Jawab Diandra sambil pasang aksi hormat bendera…
“Nih anakku Nara Di… gimana lucu kan?”
“Waaaaaa… gile nih bayi imut banget, kaya bayi bule ya Sha? Ya iyalah bokapnya ganteng dan nyokapnya juga cantik… walaupun itu dulu” Katanya menggodaku.
“Hahaha… iya… tapi kan tetep aja sekarang masih tersisa aura kecantikanku”
“Halah..Halah gaya lu Sha!!! Sini donk… gue pengen gendong Nara my sweety Baby” Lalu kuserahkan Nara dalam gendongan Diandra. Nara tampak nyaman dan gembira.
“Eh Sha.. gimana kalau Nara gue jadikan bintang iklan produk bayi?” Tanya Diandra antusias.
“Aduh kamu nih… kerjaan mulu yang dipikirin, pantesan gak laku-laku”
“Eits… bukan gak laku ya, tapi gue kan selektif memilih Darling… lagian umur masih segini, masih banyak yang bisa gue lakukan selain kawin dan punya anak kaya elu… ntar salah-salah gue malah jadi gendut lagi” Yayaya…topik menghinaku nampaknya tak bisa jauh dari bibir sahabatku ini.
“Bagus… teruskan menghina ibunya, dan Diandra Adistiningtyas akan kehilangan bintang iklan kecil yang akan bersinar di masa depan…” Kataku seperti membacakan sebuah berita di majalah.
“Aduh elu Sha… gue kan becanda, masa sih Nara gak boleh maen di iklan gue. Tanpa Audisi lho Sha…jarang-jarang ada tawaran hebat gini”
“iya… iya ntar aku ngomong sama Mas Abi dulu ya, tapi yang URGENT gue butuh pembantu nih Di… gue rasanya makin nggak sanggup ngurus rumah sendiri, apalagi Nara kan masih kecil”
“Apa… elu ngurus rumah ini sendiri tanpa pembokat?”
“Iya… emang kenapa?”
“OMG Sha… What happened with you? Gue aja nih ya yang tinggal di Apartemen dua kamar gak ada seperlima besar rumah lu, setiap hari tergantung sama pembantu. Lu kok bisa-bisanya ya ngurus semua sendiri…”
“Nah mangkanya aku butuh bantuan mu Di… sebenernya tadi ada sih tukang cuci yang dateng tapi…bla..bla..bla..” Lalu meluncurlah cerita tentang tiga kejadian sialan dalam hidupku sepanjang pagi ini. Dan tentu saja Diandra hanya bisa tertawa-tawa mendengar ceritaku, herannya Nala kecil juga terlihat tertawa-tawa gembira. Huuh… tak tahukah mereka berdua ini sama sekali bukan cerita yang lucu.


Jam 19.43 suara mobil Mas Abi terdengar memasuki garasi rumah kami. Aku sengaja berdandan istimewa untuk menyambutnya malam ini. Kugelung rambutku dengan gaya simple namun anggun, kupilih daster (yah sayangnya dengantubuh seukuran ini tak banyak baju yang bisa kupilih) dengan motif bunga-bunga yang sudah kujahit pinggangnya agar membuatku terlihat sedikit lebih ramping (walaupun aku tau usaha ini tidak membawa banyak perubahan), dan sengaja kurias wajahku dangan make up warna natural. Dan aku suka reaksi Mas Abi saat melihatku pertama kali.
“Sha… kamu cantik banget” katanya mesra sambil mengecup keningku.
“Ah masa sih Mas?” tak bisa kuhindari wajahku tersipu malu mendengar pujiannya.
“Iya… kamu beda, habis kan sudah lama banget gak lihat kamu dandan… ada apa nih” Tanya Mas Abi menggodaku.
“Yah gak ada apa-apa… Sha Cuma pengen aja dandan”
“Masa sih gak ada apa-apa…”
“Iya Mas… bener kok, yuk kita makan aja yuk” Kutarik lengan mas Abi menuju ruang makan, aku harus bergegas karena sebentar lagi Nala pasti bangun minta disusuin.
“Aku ambilin nasi ya Sha…” Tawar Mas Abi seperti biasanya.
“Hm… nasiku gak usah banyak-banyak ya mas”
“Tapi bukannya nanti ASInya jadi sedikit?” Tanya suamiku cemas
“Nggak papa kok kalau nmgurangin nasi sedikit, lagian kan Sha banyak makan sayur dan buah Mas… Sha pengen diet nih” Kataku malu-malu…
“Oh ya… kenapa Sha?” Tanya Mas Abi antusias
“Yah supaya Mas Abi tambah cinta… “
“Lho memangnya sekarang ini aku kurang cinta ya?” Uh suamiku ini memang gemar sekali menggodaku.
“Ya bukan gitu mas... Tapi kan tiap hari Mas Abi ketemu perempuan yang cantik-cantik, masa di rumah ketemu sama karung beras” Entah kenapa aku jadi ikut-ikutan istilah Diandra.
“Hahahaha… kamu ini kok jadi lucu gini sih Sha? Aku Cuma pengen kamu sehat, dan ASI buat Nala juga lancar… itu juga udah cukup kok buat aku Sha” Duh… Mas Abi kenapa romantis gini sih, bikin aku jadi terharu… masa buat suami sebaik ini aku nggak bisa ngasih penampilan yang lebih baik dari sekedar karung beras.
“Tapi Mas… hari ini aku sadar aku harus berubah…. Bla..bla..bla” Lalu meluncurlah cerita tentang rentetan peristiwa yang kualami hari ini. Tapi tak sperti Diandra, Mas ABi berusaha mendengarkan ceritaku dengan serius… walaupun ku tahu dia berusaha setengah mati untuk tidak tertawa.
“Jadi gitu mas ceritanya… pokoknya Sha harus kurus, Sha gak mau dikira pembantu lagi, jadi boleh gak Mas kalau Sha beli alat fitness buat di rumah… sama baju peramping badan, eh ada juga sabuk bergetar untuk ngecilin pinggang… duh yang mana ya mas, jadi bingung nih” Tanpa sadar aku mulai menggaruk-garuk rambutku, membuat gelung yang tadi kubuat dengan sepenuh usaha mulai berantakan gak karuan.
“Hihihi… Sha..Sha kamu lucu banget deh!” Mas Abi malah ikutan mengacak-acak rambutku dengan sayang. “Kamu tau kan aku selalu mendukung apapun Yang kamu inginkan sejauh itu positif dan Mas bisa, pasti Mas bantu… jadi besok pagi, Bu Laksmi seketaris kantor akan nelfon kamu Sha… nyatet apa yang kamu perlu, biar nanti dikirim ke rumah, atau kamu mau beli sendiri nanti duitnya biar aku transfer aja?” Tawar Mas Abi dengan tatapan matanya yang menghanyutkan… membuatku makin cinta pada suamiku ini.
“Eh dibelikan Bu Laksmi juga gak apa-apa Mas… atau biar dipilihin Diandra aja ya, aku malu kalau ketauan Bu Laksmi” Jawabku jujur.
“Ya sudah kayanya biar Diandra aja yang pilih, anak itu pasti tau yang paling cocok buat kamu” Kata Mas Abi bijaksana.
“Makasih yam as…’Kukecup pipinya sayang, baru saja akan dilanjutkan dengan aksi romantis lainnya suara tangisan Nara sudah memanggilku untuk kembali bertugas.(bersambung)

No comments: